SELAMAT DATANG DI BLOG PONDOK KELINCI DAFFA. SEMOGA ISI BLOG INI BERGUNA UNTUK ANDA. SEBAGIAN ISI MATERI BLOG INI (BERUPA TULISAN DAN GAMBAR) MERUPAKAN KUTIPAN DARI BLOG, SITUS DAN SUMBER – SUMBER LAIN YANG SAYA PINJAM UNTUK MENGISI DAN MENGHIASI BLOG INI. TENTU ISI YANG SAYA KUTIP MERUPAKAN MILIK SAH YANG EMPUNYA, SAYA HANYA MEMINJAM DAN MENGUTIP SAJA. SELAIN MATERI TENTANG KELINCI BLOG INI JUGA BERISI INFO – INFO SEPUTAR KEGIATAN USAHA PONDOK KELINCI DAFFA DAN INFO PENJUALAN PRODUK PONDOK KELINCI DAFFA. SELAMAT MEMBACA !

PERHATIAN : PETERNAKAN INI MASIH DALAM TAHAP PERINTISAN

Minggu, 08 Mei 2011

SUKSES BETERNAK KELINCI HIAS BERAWAL DARI KESENANGAN ANAK


BANDUNG : Lebih dari seratus ekor kelinci berbagai jenis berhasil dikembang biakkan oleh Khoirul Eko Wahyudi di halaman depan rumahnya di Jl Cihanjuang no 254, Kampung Tutug, Kecamatan Parongpong, Bandung. Menurut Pengakuan Eko, paggilan akrabnya, kesuksesannya mengembang biakkan kelinci-kelinci tersebut berawal dari kesenangan dua anaknya terhadap binatang lucu bertelinga panjang tersebut.

“Awalnya kami sekeluarga makan sate kelinci di daerah Lembang, kemudian anak saya ingin membawa pulang kelinci untuk dipelihara. Tapi lama-kelamaan, kelinci-kelinci tersebut beranak pinak, sampai saya kerepotan mengurusnya hingga akhirnya beberapa diantaranya saya jual,” tuturnya.

Dari ketidak sengajaannya tersebut, Kemudian Eko mencoba mengembangkan kelinci hias jenis lain sambil belajar dari beberapa dokter hewan untuk mengetahui bagaimana mengembang biakkan kelinci-kelincinya tersebut. “Saya belajar tentang cara mengembangbiakkan, pemeliharaan, pengobatan, hingga membedah bagian dalam kelinci untuk mengetahui jenis penyakitnya,” katanya.

Berbekal dari bimbingan dokter hewan tadi, Eko mulai serius menjalani usaha pengembangbiakkan kelinci-kelinci hiasnya tersebut hingga akhirnya sekarang sudah bisa berbagi ilmu dengan para tetangganya sekaligus mengajak untuk turut beternak kelinci.

Sekarang Eko sudah memiliki sembilan jenis kelinci, diantaranya Angora, Lyon, Dutch, Tan, Jersey Wolly, English Angora atau Nederland. Namun kelinci-kelinci hasil ternak Eko bukan untuk dikonsumsi melainkan hanya sebagai kelinci indukan saja. Artinya kelinci-kelinci tersebut merupakan bibit yang berkualitas bagus untuk diternakkan kembali.

“Di sini hanya mengembangkan kelinci-kelinci indukan untuk dikembang biakan saja. Makanya jumlah kelinci disini tidak seperti di peternakan pada umumnya,” katanya. Namun, lanjut Eko, ternyata banyak juga masyarakat umum yang membeli kelinci-kelinci tersebut sebagai hewan piaraan untk di rumahnya.

Untuk indukan kelinci pedaging dewasa yang belum hamil, Eko memasang harga Rp100.000, sedangkan untuk indukan yang sudah hamil harganya Rp150.000.

Berbeda lagi untuk harga kelinci-kelinci hias. Menurut Eko, untuk kelinci hias ini tidak ada ukuran standarnya. Bisa jadi untuk seekor kelinci hias dewasa paling murah harganya mencapai Rp500.000. “Kalau kelincinya sudah masuk kategori kontes, bisa mencapai Rp2 juta, apalagi menjadi juara kontes minimal harganya Rp  5  juta,” katanya. (BB-211)

http://www.beritabandoeng.com/berita/2010-02/fgii-tolah-pembentukan-tim-sukses-un/berita/2009-03/sukses-beternak-kelinci-hias-berawal-dari-kesenangan-anak/

BERDAYA DI KAMPUNG KELINCI

Nasional Pikiran Rakyat
SATU setengah tahun lalu, tingkat pengangguran di RW 5 dan 6 Kampung Tutugan, Desa Cihanjuang Rahayu, Kecamatan Parongpong, cukup tinggi. Meski sebagian besar warga bekerja sebagai petani sayuran, tetapi sisanya tidak memiliki pekerjaan tetap. Atam (49), Ketua RW 5 Kampung Tutugan mengatakan, dari sekitar 150 keluarga, lebih dari setengahnya tidak memiliki pekerjaan tetap.

Namun, sejak hadirnya Rumah Kelinci milik Khoirul Eko Wahyudi, satu setengah tahun lalu, tingkat pengangguran di kampungnya jauh berkurang. “Saat ini, setengah dari warga saya sudah menjadi pelaku usaha budi daya kelinci. Memang masih ada warga yang nganggur, tapi tak sebanyak dahulu,” katanya, Jumat (12/3).

Tidak heran jika Kampung Tutugan RW 5 dan 6 juga dikenal sebagai Kampung Kelinci. Hampir di setiap pelosok kampung terdapat kandang-kandang kelinci yang berdampingan dengan rumah tinggal. Sedikit sulit untuk bertemu dengan pemilik kandang pada siang hari karena sebagian besar dari mereka tengah ngarit atau mencari rumput untuk pakan kelinci. Ti Saripudin (58), salah seorang peserta lulusan pelatihan di Rumah Kelinci mengatakan, beternak kelinci memiliki prospek menguntungkan. Sebelumnya, ia bekerja sebagai pekerja bangunan dan menerima jahitan makloon. Dibandingkan dengan kedua pekerjaan itu, penghasilan dari panen kelinci memang jauh lebih besar. Bermodal sepasang kelinci indukan setahun lalu, sekarang ia sudah memiliki tiga puluh ekor kelinci indukan.

Seorang pegawai di Rumah Kelinci, Roni (25) mengatakan , saat ini anggota pusat pelatihan budi daya kelinci mencapai lima puluh orang. Rumah Kelinci yang didirikan Khoirul Eko merupakan pusat pelatihan bagi warga yang ingin membudidayakan kelinci. Rumah Kelincljuga bekerja sama dengan Badan Ami) Zakat (BAZ) Jawa Barat dan Bank Rakyat Indonesia untuk membantu pemberdayaan masyarakat.

Seperti diungkapkan Ny. Suryana (35), istri Khoirul Eko, Rumah Kelinci juga menjadi penjamin modal usaha kepada perbankan. “Mendapat modal dari perbankan itu sulit, harus ada agunan. Melalui Rumah Kelinci warga bisa mendapat pinjaman modal melalui pendampingan kami,” ujarnya. (Eva I .ihas/ “PRT”

Sumber : http://inforumahkelinci.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMENTAR ANDA